Ketika

Di saat aku mulai depresi dan tiba-tiba menangis, ibuku langsung mengatakan bahwa aku menangis seakan-akan aku tidak mengenal Allah. Tidak sholat. Tidak ngaji. 

Astagfirullah. 

Bagaimana bisa masalah dunia menjadikan manusia putus asa. Tidak boleh. 

Karena seorang hamba, cukuplah dengan Allah ridho padanya. 

Be strong

Stop Mengawang

Sejak beberapa hari ini, aku terlalu banyak memikirkan suatu hal yang aneh. Merangkaikan ciri yang terjadi. Hingga terbayang memenangkan drama maya yang aku ciptakan sendiri. 

Sampai akhirnya, pagi ini, di sela mengawas Tes Diagnostik SMK, aku melihat seorang anak, dimana aku adalah wali kelasnya, muntah-muntah. Aku melihatnya dari jauh, sehingga tidak bertanya, kenapa dia.

Entah kenapa, melihat anak itu, aku menyadari hal yang seharusnya aku tinggalkan. Anak itu seakan-akan menjadi tanda, banyak hal yang seharusnya menjadi fokus dan perhatianku. 

Aku terlalu banyak mengawang. Terlalu berharap. Dan ketika berharap pada manusia, akan kecewa.

Bergerak. 

Terus bergerak

Terus berkarya

Karena Allah

H1 UKK 

15/02/2017

Uji Kompetensi Keahlian hari pertama alhamdulillah selesai. Lancar?

Jujur. Trouble ada. 

Entah karena virus atau apa, XAMPP gagal dibuka. Beberapa komputer bisa diatasi dengan ganti port ke 8080. Sisanya, instal lagi. 

Siswanya juga. Ada yang (mungkin saking groginya) lupa dimana harus menyimpan filenya. Anaknya malah bingung tidak karuan karena pesan dari Si Mozilla selalu Object Not Found. Wajahnya langsung merah. Pengen nangis. Aiiih. Dan lain-lain. 

Di balik masalah teknis itu, aku mendapatkan satu hal penting lagi. Ternyata aku tidak sendirian. Selama banyak trouble, banyak yang mendampingi. 

Ya. Untuk sekadar berkata, “tenang bu” atau “jangan pusing bu” atau “saya harus bantu apa?” Itu penting. Sangat penting. Dengan begitu, masalah seseram apapun, bisa diatasi dengan cool. Ya, kadang aku hanya berkaca dari pengalaman bekerja dengan masalah tetapi punya rekan kerja yang cueknyaaaaa…. hm. Jadi sering terbayang begitu. 

Thanks for today. Alhamdulillah. 

Hai kau


Hai kau yang disana, begitu rindunya aku. Aku merindukan kau yang tidak kutahu namamu. Doaku adalah agar kau baik-baik saja. Agar Allah selalu memberikan kasih sayang-Nya padamu. Agar kau diberi keberanian dan kebaikan. 

Sebelum aku tahu dirimu, aku sudah ikhlas. Hanya berbekal yakin bahwa Allah pasti memberikan yang terbaik untukku. 

Aku tidak tahu, apa kita pernah bertemu. Tidak tahu juga, apa kita sering bertemu. Yang aku pahami, saat kau datang padaku, itulah pertama kali aku menyatakan cinta Lillahi ta’ala. 

Jadi, kuatkanlah aku dalam doamu. Kuatkanlah aku. 

And i always trying to be better me

Sibuk ya? 

Aku pernah ditanya, lebih suka santai, sibuk, atau sangat sibuk? Lalu, waktu itu aku memilih sibuk. Bisa juga sangat sibuk. 

Hehehe. 

Entah kenapa, aku tidak bisa berteman dengan waktu luang. Karena di waktu itu, aku bingung melakukan apa. Dan bisa menjurus melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat. 

Makanya, ketika libur kerja, aku harus tetap mencari kesibukan. 

Yang terjadi sekarang, alhamdulillah aku sibuk. Sehabis melakukan ini, yang itu sudah menunggu. Belum selesai mengerjakan itu, yang sono sudah teriak-teriak minta dieksekusi. Dan dari jauh sudah ada tugas lain melambai-lambai agar tidak dilupakan. 

Oke.

Membuat jadwal di sekolah, pengayaan 2 jurusan yang berbeda, bolak-balik di 2 sekolah, simulasi unbk, lalu besoknya ada Uji kompetensi. Jadi penguji dan diam-diam nyut-nyutan-khawatir anak-anak gagal buat program-. Dilanjut lagi buat soal tryout produktif. 

Selanjutnya dan selanjutnya. 

Pada dasarnya, insya Allah aku semangat dan karena sifat pekerjaannya baik. Buat ajang belajar juga. Belajar menghadapi rekan kerja yang berbeda-beda. Belajar mengatasi masalah juga. Dari masalah dengan yang sama-sama manusia hingga komputer. Belajar bertanggung jawab. Belajar tidak panikan. Ah, yang ini sepertinya agak sulit karena sudah templatenya -panikan-. 

Hmm. 

Sisi lainnya, tentu saja ada yang lebih memperhatikan kesibukanku. Ibu. Wanita yang selalu bingung kenapa anak gadisnya sesibuk ini. 

Ya, ibu. Doakan selalu aku. Bukan untuk selalu sibuk tetapi selalu diberikan yang terbaik. 

Lalu, Apa aku Salah? 

“Wan, apa salahnya? Kau memintanya melakukan apa lagi? Kau tidak yakin dia akan serius?” 

Wanda tersenyum kecil. 

“Ketika seorang perempuan menikah, ridho-Nya akan berpindah pada suaminya. Mengabdi kepada laki-laki yang tidak ada hubungan darah dengannya. Mengabdi pada laki-laki yang dari tulang rusuknyalah ia tercipta. 

Aku berusaha mendamaikan dan meyakinkan hatiku sebelum benar-benar menggenggam tangannya. Lalu, apa aku salah? “

Pertama Lagi

Kali ini, posting pertama di blog yang baru. Blog yang dulu, karena sesuatu hal, harus dihapus. Terpaksa? Iya, walaupun agak menyesal juga. 

Hmm, tidak perlu menyesal. Mungkin jadi pilihan terbaik. 

Dan disini… mungkin akan ada banyak cerita yang lebih berbeda.