Absen 1, Absen 2

Ada satu hari ketika menjadi pendamping Pra Uji Kompetensi Keahlian, ada dua anak laki-laki yang menjadi pusat perhatianku. Absen pertama dan kedua. Dua-duanya agak lama dalam pengkabelan. 

“Maklum Bu, seri. Nanti juga menang,” kata si Absen pertama. 

Ya. Dan ternyata mereka gagal konfigurasi mikrotik. 

Lalu, ketika hari H Ujian Kompetensi Keahlian, aku jadi teknisi. Otomatis aku bertemu lagi dengan kelompok mereka. 

Si Absen kedua, pengkabelan lancar sehingga bisa langsung konfigurasi mikrotik. Si Absen pertama, masih riweuh dengan pengkabelan. Anaknya sudah keringetan. Ibu pengujinya sempat juga menyemangati. Aku juga pindah tempat Duduk ke dekatnya karena geregetan. 

Dasarnya grogi kali ya, jadi entah apa yang membuat susah. 

“Hey, tenang aja. Nyantai Tapi fokus,” kataku kurang lebih. 

Jauh setelah teman-temannya yang lain mulai konfigurasi, bahkan ada beberapa yang sudah selesai (termasuk si Absen kedua), dia baru selesai. Aah, drama bangeet lah. Geregetaaan. Gemeees. Tapi selesai.

Lalu ketika mulai memasang perangkat-perangkatnya, dia mengancungkan tangan lagi. Sepertinya ada trouble. Aku pun menghampirinya lagi. 

“Bu, kok ether 2 nya ngga nyala sih Bu?” 

Aku mengiyakan lampu indikator ether 2 di mikrotik tidak nyala. Lalu aku cek ujung kabel satunya. Rada pengen ketawa. 

“Ya iyalah ngga nyala. CPU nya belum dinyalain,” 

Anaknya langsung tertawa. Sudah sadar sih. 

Lima menit kemudian kurang lebih, anaknya mengancungkan tangan lagi. 

“Bu, udah bu. Dicoba sih Bu?” 

Aku pikir, kok sudah selesai. Aku buka cmd di laptop client. Ping bla bla bla. Yang tadinya Reply… berubah jadi RTO karena blokir akses pada jam sekian. Aku tersenyum. 

“Kata Ibu sih, jadi. Sok ke penguji langsung,” 

Giliran dicoba 2 penguji. Berhasil juga. Anaknya langsung sujud syukur. Dia keluar dengan meninggalkan ruangan panas itu dan teman-temannya masih banyak yang belum selesai. Mereka mentok karena blokir akses tidak juga goal. 

Di luar hari itu, hari jumat kemarin aku lihat nama si Absen pertama dan kedua di daftar nama yang lolos psikotes PT. Xxx. Hari sabtunya, aku bertemu mereka dengan seragam hitam putih. Mereka akan ikut tahap selanjutnya, interview. Mereka begitu antusias menyapa. 

Ah, semoga dua sahabat itu mendapatkan hasil yang terbaik. Aamiin. 

Ibu ambil foto ini dari Instagram. Ngga ada yang akan pelet kalian kok. 

Yuhuu

Akan ada dalam hidupmu, seseorang yang akan melakukan semua untukmu. Ia yang akan menjadikanmu surganya. Yang akan selalu tersenyum, yang akan selalu menenangkanmu. Marahnya tidak benar-benar marah. Ia tidak akan berpikir bagaimana bisa memarahi surganya. Kau ingat langit malam? Ia akan menjadi bintang, selalu membuat langitmu jadi indah. 

Bukan Nguping

Hari ini, sengaja setelah mengawas UTS, tidak langsung pulang. Aku pergi ke kantor sendirian, menyalakan AC, menyalakan komputer, dan memasang headset di telinga. Ya, aku harus segera merekap nilai ujikom. Lalu ada bapak Kaprog datang. 

Bapaknya sedang teleponan, entah dengan siapa. Aku pun masih menyumpel kupingku. Sampai aku rela mematikan Music Player demi mendengarkan Si Bapak. Baca: Bukan nguping. Kan kedengeraan. 

Katanya, bahagia itu sederhana. Bahagianya orang yang lapar adalah makan. Bahagianya orang yang mengantuk adalah tidur. Dan jangan biarkan orang lain melihat kecuali senyummu. 

Entah kenapa, aku merasa Allah punya sejuta skenario untuk membuatku sadar akan sesuatu. Alhamdulillah. 

Mendadak Logan

Ini cerita tentang hari kemarin. 

Aku mendadak pengen jalan-jalan. Aku pun langsung mengirim pesan singkat juga Whatsapp ke beberapa reman kerja.
“Bu, jalan-jalan yuu,”
Kurang lebih isinya seperti itu. Ada yang respon, ada juga yang tidak dibalas. Ah, sepertinya ndak ada pulsa.
Lalu, siang harinya, Si Mamah cantik nge-WA.

Yup. Aku langsung balas, “ikuuut”.
Akhirnya, kami berempat jalan-jalan. Nonton. Bukan nonton Surga yang Dirindukan, terapi Logan. Haaha. Yaa, karena diantara kami ada bapak-bapak yang Ingin menghilangkan penat karena pekerjaan di sekolah.

Aku sudah membayangkan Si Logan dengan adamantiumnya. Dan memang seperti itu, aku harus beberapa kali menutup mata karena adegan yang potong sana potong sini. Darah. Tubuh yang ditusuk. Hadeuh

Hebatnya, film yang sebegitu darahnya juga membuatku terharu.

Bagaimana selama itu, Charles yang sudah tua tinggal di tangki besar. Logan memberinya makan dan minum obat. Diberi sedikit cahaya dan dengan cahaya itu, tumbuhan hidup didalamnya. Ia selalu bertanya, kenapa ia harus hidup seperti itu. Bahkan Bukan hidup namanya.

Lalu ada hari dimana Charles dan Logan harus menginap di rumah keluarga yang ditolongnya. Awalnya Logan menolak namun karena itu adalah keinginan Charles, jadilah mereka menginap.
Beginilah kehidupan. Hidup bersama orang-orang yang menyayangi kita. Makan. Bercanda. Bertengkar. Tidur. Begitu sederhana.

” This is what life looks like. People who love each other, our home. You should take a moment. Feel it. You still have time.”

“This was the most perfect night I’ve enjoyed in a very long time.” 

Panik

Bismillah. Aku menulis ini sambil ambil posisi jadi proktor Simulasi Gladi Bersih UNBK SMK. Dan pada sesi ini, aku jadi paling cantik satu ruangan karena semua pesertanya laki-laki. Teknisi dan pengawasnya juga semua bapak-bapak. 

Seperti biasa, aku bisa tersenyum. Ikutan para bapak bercanda. Yup, bisa. Tapi di dalam hati, luar biasa deg-degan. Yang tadi saja. 

“Bu, kok status tesnya masih Belum Mulai?” 

Aku yang sedang hp-an langsung melototi monitor. 

“Lah, Iya ya pak. Harusnya kan Sedang Dikerjakan. Gimana atuh Pak? Tapi anak-anak kok bisa login ya?” 

Spontan, aku klik menu lain lalu kembali lagi ke Status Test, and then statusnya berubah jadi Sedang Dikerjakan. 

Alhamdulillah. 

“Makanya jangan panik Bu,” 

Entah kebiasaan buruk atau apa namanya, tapi ketika keadaan tenting atau gawat, yang terjadi padaku adalah panik. 

Rata-rata, yang pernah bekerja bareng, akan tahu aku yang seperti tadi. Berusaha tenang. Ya, aku belajar untuk begitu dan angger saja. Panik. 

Episode yang seperti ini

Episode yang seperti ini, sungguh membingungkan. Berhadapan dengan mesin komputer rasanya lebih mudah daripada menghadapi perasaan manusia. 

Jadi, hanya Allah yang tahu bagaimana kelanjutan episode ini. 

Iya.