Hari di Sidomba

Hari ini, bersama-sama guru-guru dan siswa SMK, mengadakan pelepasan siswa kelas xii ke Sidomba. Sesampainya disana, kami menuruti susunan acara yang sudah dibuat sebelumnya. 

Ada acara flying fox-an, aku Absen Padahal sudah antri di atas. 

Makan siang. 

Sholat. 

Sehabis sholat, Rencananya kami akan turun untuk melihat curugnya, alhamdulillah nya, hujan. Hujan deras dan bertambah deras. 

Di tengah-tengah hujan, aku berdoa dalam hati hihi. Ya, lama-kelamaan jadi seperti kebiasaan. Untuk menyempatkan berdoa. Dan doanya belum berubah 😀

Lalu, aku bertanya kepada salah satu panitia, anak-anak Bayar berapa untuk acara pelepasan. 

Yang ditanya menyebutkan bilangannya. “Tapi Bu, yang Bayar baru sedikit,” 

“Lah? Jadi ini pakai uang siapa?” 

“Ya, siapa lagi Bu……” 
Kepala yayasan yang membiayai liburan ini. Beliau Ingin kami merasakan liburan setelah pekerjaan padat Selama ini. Aku baru tahu. 

Mereka keren. 

Sebagai sekolah Swasta kecil yang para siswanya sebagian berasal dari keluarga ekonomi lemah, memang tidak pernah terlambat memberikan honor tiap bulannya (Padahal yang aku tahu, tunggakan anak-anak hampir puluhan juta). Hak kami selalu diprioritaskan. Atau mungkin bisa dibilang, dipaksakan. Tidak peduli seberapa besar mereka harus mengeluarkan uang pribadi, yang entah aku sendiri tidak paham bagaimana buka tutupnya. 

Aku bersyukur banyak ketika aku bertemu orang-orang yang hebat seperti itu. Di balik senyum bapak yayasan, di balik kepolosan ibu yayasan, di balik kesederhanaan keduanya, hanya seutas doa baru yang aku ukir. Semoga Allah selalu memberikan kasih Sayang melimpah untuk kalian. 

Aamiin. 

Ingin

Keinginan ini. Aku tidak tahu, Sejak kapan ia hadir dalam pikirku. Aku punya keinginan yang sebenarnya tidak begitu aneh. Aku Ingin pergi ke beberapa daerah terpencil, mengajar anak-anak disana, membantu masyarakat sekitar dan sebagainya. Bahkan untuk duduk melingkar bersama beberapa orang kemudian saling berbagi dan menguatkan, adalah hal yang luar biasa. 

Melihat bagaimana di Intagram, beberapa sukarelawan Rumah Zakat terbang ke Somalia. Melihat foto-foto keadaan disana, rasanya miris. Kok aku tidak berbuat apapun? 

Tidak jauh-jauh, setiap aku naik ojek ketika berangkat kerja, melihat bagaimana bapak tua renta berjualan daun pisang di sudut jalan pasar. Lagi, aku hanya diam. 

Bahkan yang tidak lebih jauh dari itu, dalam kehidupan rutinku, rumah dan sekolah, ada beberapa hal dimana aku hanya diambil dan menyerah. 

Untuk memulai membuat cakwe pun tidak juga dimulai. Untuk memulai memunculkan ide, menulis lagi, membuat cerpen, opini, ikut lomba, menyerbu redaktur koran, tidak juga aku lakukan. Lalu aku ngapain aja? 

Mengerjakan tugas pengolahan nilai di sekolah juga aku keluhkan. Dimarahi atasan, kadang acuh. Hanya berkata, iya iya iya. Setelah dimarahi, baru aku kerjakan. 

Allah-ku… 

Ada yang salah dalam manajemen hidupku kan? 

Aku menghayal terlalu tinggi ya? Bisa kesana… melakukan ini… dengan si ini… tetapi yang aku ikhtiarkan, kurang. Minus mungkin. 

Ya sudah… lakukan saja apa yang jadi tugasku sekarang. Lakukan dengan sebaik-baiknya. 

We can help

We all can help

Mungkin caraku bukan datang ke luar negeri itu, mungkin saat ini baru bisa berdoa. Kirim donasi. Like beritanya. Sebar beritanya. 

Akuu kamu kamu kamu… , jadi anak baik ya. Jadi anak rajin ya. Selalu berdoa dan Jangan berputus asa.

:):):)

Ada Saja

Ketika ada waktunya dimana aku melakukan kesalahan (lagi), rasanya… 

Dan kesalahan itu adalah salah klik. Klik yang dapat berefek panjang pada sistem. Ya, bukan kesalahan yang ‘hanya’ melainkan ‘wow’. 

Alhamdulillah. Ada saja orang yang dapat membantuku. Terimakasih Bapak-Bapak.